MAT-5F-1453

Assalamualaikum wr.wb.

Tidak terasa kini sudah sampai pada modul 3.1, perjalanan yang penuh makna selama saya mengikuti Program Guru Penggerak ini, masih banyak yang harus saya pelajari. Tidak pernah berhenti belajar, karena belajar bukan karena kita ingin hebat tetapi karena sadar bahwa diri ini masih banyak kurangnya.

Perkenalkan nama saya Erno, Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari Kabupaten Karangasem. Saya mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator saya yang selalu membimbing, mengarahkan dan memberikan support kepada saya yaitu Ibu Winarti, S.Pd, M.Pd. dan juga Pengajar Praktik saya Ibu Desi Wilandari. yang selalu sabar mengingatkan dan memotivasi saya untuk selalu semangat menjalani PPGP ini. Dalam tulisan ini perkenankan saya membahas tentang Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Berikut ini adalah perjalanan saya sampai saat ini yang saya susun dalam rangkuman koneksi antar materi dari modul 1.1 hingga modul 3.1.

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka yang menyatakan tentang Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, yang maknanya adalah Ing Ngarso Sung Tulodo, artinya ketika menjadi pemimpin maka kita harus mampu memberikan contoh teladan yang baik untuk murid, rekan sejawat, dan warga sekolah. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran di sekolah pastinya kita sering menghadapi berbagai masalah yang membuat kita harus mengambil keputusan, sementara masalah yang kita hadapi tersebut sering mengandung dilema etika. Keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut dan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan kita mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar keputusan yang kita ambil bisa memberikan contoh yang baik untuk orang banyak. Ing Madya Mangun Karsa, artinya Ketika kita dalam posisi di tengah harus bisa memberikan semangat, dorongan pada murid untuk membangun karsa. Karsa berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Tut Wuri Handayani, artinya Dibelakang dapat memberikan dorongan kinerja murid dalam mengembangkan potensinya. Guru memberikan dorongan motivasi pada murid dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan potensi sesuai dengan bakat minatnya.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Guru penggerak harus memiliki nilai Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching adalah keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Keterampilan coaching akan sangat membantu di dalam menerapkan sembilan langkah tersebut untuk menggali berbagai informasi, data, nilai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan asertif disertai komunikasi positif dengan berdasarkan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab) untuk membuat kesimpulan-kesimpulan, membuat prediksi hasil keputusan dan pada akhirnya membuat keputusan yang efektif. Harapannya adalah dengan langkah yang tepat maka keputusan tersebut berdasarkan nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak pada murid.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self awareness dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan. Kita dapat menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai kebenaran.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat, pasti akan berdampak pada terciptanya lingkungan tersebut. Kondisi yang positif, kondusif, aman dan nyaman adalah kondisi yang kita harapkan bersama, maka perlu suatu perubahan pendekatan yang sistematis. Pendekatan Inkuiri Apresiatif dan BAGJA dapat kita ambil untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Tentunya dengan fokus pada kelebihan atau kekuatan yang dimiliki murid dan sekolag dapat memudahkan guru dalam pengambilan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid. 

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Dalam kasus dilema etika, pada dasarnya apapun keputusan dapat dibenarkan secara moral. Tetapi, perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Apakah keputusan tersebut berprinsip berpikir berbasis hasil akhir, berbasis peraturan yang mendari keputusan yang kita ambil, serta kita harus menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli. Kesulitan di lingkungan saya adalah mindset guru yang sulit untuk berubah dari paradigma lama seperti, pandangan bahwa pekerjaan yang sudah banyak jangan ditambah lagi dengan beban pikiran dan beban tugas yang baru. Selain itu, dari pribadi saya juga masih ada kesulitan dalam hal konsistensi menjalankan seluruh rangkaian PGP ini, saya khawatir setelah program ini selesai saya belum mampu sepenuhnya mengimplementasikan materi-materi yang saya dapatkan, tetapi saya percaya semua butuh proses maka jalani saja prosesnya dengan hati yang ikhlas, jika kita ikhlas maka segala sesuatu akan menjadi mudah.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? 

Menurut saya, sangat penting dalam mengambilan keputusan yang berpihak pada murid, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah impian belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kodratnya.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru adalah pemimpin pembelajaran sebagai pamong yang diibaratkan seorang petani yang menyemai benih. Benih tersebut dapat tumbuh subur apabila dirawat, dan dijaga dengan baik. Demikian juga dengan murid, seorang guru bertanggungjawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid sebagaimana petani yang menyemai benih untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan guru akan berpengaruh pada masa depan murid.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang saya dapat dari pembelajaran modul ini adalah setiap keputusan yang diambil harus didasarkan pada nilai kebajikan, bertanggungjawab dan berpihak pada murid. Saat membuat keputusan harus dilakukan dengan kesadaran penuh dengan melibatkan aspek sosial dan emosional yang baik. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Peranan pengambilan keputusan yang tepat oleh guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran sangatlah penting, keputusan yang selalu berpihak pada murid, berdampak positif bagi seluruh warga sekolah dan banyak pihak lainnya, sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan akan dapat melahirkan manusia Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila.

Demikianlah koneksi antar materi dari modul 3.1 terkait dengan Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Semoga bermanfaat.

Tinggalkan komentar