MAT-5F-1453

Keraton Kasultanan Yogyakarta didirikan pada tahun 1756 Masehi oleh Pangeran Mangkubumi, yang kemudian bertahta sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati.Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman. Pendirian Keraton yang sekaligus menandai berdirinya Kota Yogyakarta ini, diabadikan dengan ornamen simbolik berupa candrasengkala berbunyi “Dwi Naga Rasa Tunggal”, yang bermakna angka tahun 1682 Jawa. Ornamen berupa 2 ekor naga yang saling berlilitan ini, terdapat di pintu gerbang atau Regol Kemagangan dan Regol Gadhung Mlati yang berada di dalam Keraton Kasultanan Yogyakarta.

 

Selain berfungsi sebagai tempat tinggal sultan beserta putra-putrinya, keraton ini biasa digunakan sebagai pusat pemerintahan kesultanan yogyakarta.

Di dalam areal keraton sendiri terdapat tempat untuk memajang berbagai barang kerajinan rakyat yang dapat dibeli oleh pengunjung, selain barang-barang pusaka keraton yang dipamerkan di masing-masing ruangan.

      

Luas tanah dari keseluruhan keraton yogyakarta adalah 1,5 km persegi. Keraton ini memiliki 8 bangunan utama yang biasa digunakan untuk mengadakan acara-acara resmi kesultanan.

Tiap-tiap bangunan memiliki nama yang sangat khas jawa. Yaitu Tratag Rambat, Siti Hinggil Ler, Kemandungan Lor, Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kemandungan Kidul, dan Siti Hinggil Kidul.

Bangunan utama pertama yang terdapat di keraton yogyakarta adalah bangunan yang biasa digunakan para abdi dalem ketika menghadap sultan dalam berbagai upacara adat. Bangunan ini biasa disebut Tratag Rambat.

Bangunan utama kedua bernama Siti Hinggil Ler.Bangunan ini biasa digunakan oleh sultan untuk meresmikan sesuatu.

Selanjutnya, bangunan ketiga yang juga utama dalam keraton yogyakarta adalah Kemandungan Lor. Konon, Bangunan ini dahulu digunakan sultan untuk mengadili seseorang yang akan dijatuhi hukuman mati. Namun sekarang telah beralih fungsi menjadi tempat untuk menggelar upacara sekaten dan garebeg.

Bangunan utama berikutnya adalah Sri Manganti yang terdapat dalam keraton dan berfungsi untuk menerima tamu-tamu kerajaan. Banguna berbentuk komplek ini pernah rubuh akibat gempa yang terjadi di yogyakarta pada tahun 2006 lalu.

Selanjutnya, bangunan yang berfungsi sebagai tempat pelatihan bagi para abdi dalem keraton yaitu Kamagangan. Para abdi dalem biasanya mendapatkan pengarahan supaya menjadi abdi dalem yang patuh terhadap titah sulta di tempat ini.

Bangunan utama selanjutnya adalah Kamadhungan Kidul. Banguna ini merupakan sisi sebelah selatan dari keraton yogyakarta dan mempunyai lorong yang bisa menghubungkannya dengan Kamagangan.

Bangunan utama di dalam keraton yang diperuntukkan bagi sultan ketika ingin menyaksikan para abdi dalemnya berlatih adalah Siti Hinggil Kidul. Namun, kini bangunan tersebut sudah beralih fungsi menjadi tempat pementasan berbagai seni tradisional rakyat.

Dari keseluruhan bangunan utama yang terdapat di dalam keraton, bangunan Kedhatonlah yang memiliki fungsi paling utama, yaitu sebagai tempat tinggal sultan beserta keluarganya.

Di sisi luar, keraton ini diapit oleh dua alun-alun yang biasa dijadikan tempat melakukan berbagai kegiatan oleh warganya. Banyak wisatawan yang menghabiskan malamnya di sekitar alun-alun yogyakarta. Alun-alun tersebut seperti mempunyai magnet untuk menarik pengunjung. Magnet yang terkenal di sekitar alun-alun yogyakarta adalah keberadaan dua buah pohon beringin yang saling berhadapan. Masyarakat sekitar biasa menyebutnya dengan beringin kembar. Ada kepercayaan yang mengatakan bahwa siapa pun yang berhasil melewati beringin tersebut dengan mata tertutup , maka semua keinginan yang dipanjatkan akan terkabul. Kepercayaan seperti itu sepertinya menjadi salah satu daya tarik tempat ini.

Tinggalkan komentar