MAT-5F-1453

Assalamualaikum wr.wb.

Tidak terasa kini sudah sampai pada modul 3.1, perjalanan yang penuh makna selama saya mengikuti Program Guru Penggerak ini, masih banyak yang harus saya pelajari. Tidak pernah berhenti belajar, karena belajar bukan karena kita ingin hebat tetapi karena sadar bahwa diri ini masih banyak kurangnya.

Perkenalkan nama saya Erno, Calon Guru Penggerak Angkatan 4 dari Kabupaten Karangasem. Saya mengucapkan terima kasih kepada Fasilitator saya yang selalu membimbing, mengarahkan dan memberikan support kepada saya yaitu Ibu Winarti, S.Pd, M.Pd. dan juga Pengajar Praktik saya Ibu Desi Wilandari. yang selalu sabar mengingatkan dan memotivasi saya untuk selalu semangat menjalani PPGP ini. Dalam tulisan ini perkenankan saya membahas tentang Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Berikut ini adalah perjalanan saya sampai saat ini yang saya susun dalam rangkuman koneksi antar materi dari modul 1.1 hingga modul 3.1.

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka yang menyatakan tentang Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, yang maknanya adalah Ing Ngarso Sung Tulodo, artinya ketika menjadi pemimpin maka kita harus mampu memberikan contoh teladan yang baik untuk murid, rekan sejawat, dan warga sekolah. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran di sekolah pastinya kita sering menghadapi berbagai masalah yang membuat kita harus mengambil keputusan, sementara masalah yang kita hadapi tersebut sering mengandung dilema etika. Keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut dan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. Oleh karena itu, dalam mengambil keputusan kita mengikuti 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar keputusan yang kita ambil bisa memberikan contoh yang baik untuk orang banyak. Ing Madya Mangun Karsa, artinya Ketika kita dalam posisi di tengah harus bisa memberikan semangat, dorongan pada murid untuk membangun karsa. Karsa berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Tut Wuri Handayani, artinya Dibelakang dapat memberikan dorongan kinerja murid dalam mengembangkan potensinya. Guru memberikan dorongan motivasi pada murid dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan potensi sesuai dengan bakat minatnya.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Guru penggerak harus memiliki nilai Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, Inovatif, serta Berpihak pada Murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching adalah keterampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Keterampilan coaching akan sangat membantu di dalam menerapkan sembilan langkah tersebut untuk menggali berbagai informasi, data, nilai dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan asertif disertai komunikasi positif dengan berdasarkan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab) untuk membuat kesimpulan-kesimpulan, membuat prediksi hasil keputusan dan pada akhirnya membuat keputusan yang efektif. Harapannya adalah dengan langkah yang tepat maka keputusan tersebut berdasarkan nilai kebajikan universal, bertanggung jawab dan berpihak pada murid.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pada pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika diperlukan kesadaran diri atau self awareness dan keterampilan berhubungan sosial untuk mengambil keputusan. Kita dapat menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan terutama pada uji legalitas untuk menentukan apakah masalah tersebut termasuk bujukan moral yang berarti benar vs salah ataukah dilema etika yang merupakan permasalahan benar vs benar. Apabila permasalahan yang dihadapi adalah bujukan moral maka dengan tegas sebagai seorang guru, kita harus kembali ke nilai-nilai kebenaran.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat, pasti akan berdampak pada terciptanya lingkungan tersebut. Kondisi yang positif, kondusif, aman dan nyaman adalah kondisi yang kita harapkan bersama, maka perlu suatu perubahan pendekatan yang sistematis. Pendekatan Inkuiri Apresiatif dan BAGJA dapat kita ambil untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Tentunya dengan fokus pada kelebihan atau kekuatan yang dimiliki murid dan sekolag dapat memudahkan guru dalam pengambilan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid. 

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Dalam kasus dilema etika, pada dasarnya apapun keputusan dapat dibenarkan secara moral. Tetapi, perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Apakah keputusan tersebut berprinsip berpikir berbasis hasil akhir, berbasis peraturan yang mendari keputusan yang kita ambil, serta kita harus menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli. Kesulitan di lingkungan saya adalah mindset guru yang sulit untuk berubah dari paradigma lama seperti, pandangan bahwa pekerjaan yang sudah banyak jangan ditambah lagi dengan beban pikiran dan beban tugas yang baru. Selain itu, dari pribadi saya juga masih ada kesulitan dalam hal konsistensi menjalankan seluruh rangkaian PGP ini, saya khawatir setelah program ini selesai saya belum mampu sepenuhnya mengimplementasikan materi-materi yang saya dapatkan, tetapi saya percaya semua butuh proses maka jalani saja prosesnya dengan hati yang ikhlas, jika kita ikhlas maka segala sesuatu akan menjadi mudah.

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? 

Menurut saya, sangat penting dalam mengambilan keputusan yang berpihak pada murid, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah impian belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kodratnya.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Guru adalah pemimpin pembelajaran sebagai pamong yang diibaratkan seorang petani yang menyemai benih. Benih tersebut dapat tumbuh subur apabila dirawat, dan dijaga dengan baik. Demikian juga dengan murid, seorang guru bertanggungjawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid sebagaimana petani yang menyemai benih untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan guru akan berpengaruh pada masa depan murid.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang saya dapat dari pembelajaran modul ini adalah setiap keputusan yang diambil harus didasarkan pada nilai kebajikan, bertanggungjawab dan berpihak pada murid. Saat membuat keputusan harus dilakukan dengan kesadaran penuh dengan melibatkan aspek sosial dan emosional yang baik. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Peranan pengambilan keputusan yang tepat oleh guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran sangatlah penting, keputusan yang selalu berpihak pada murid, berdampak positif bagi seluruh warga sekolah dan banyak pihak lainnya, sejalan dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan akan dapat melahirkan manusia Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila.

Demikianlah koneksi antar materi dari modul 3.1 terkait dengan Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Semoga bermanfaat.

Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.Budaya positif juga adalah salah satu materi yang diajarkan dalam pendidikan guru penggerak. Materi ini sangat penting kita dapatkan dan kuasai sehingga kita sebagai guru penggerak dapat mengembangkan potensi anak-anak yang memiliki karakter yang kuat, sesuai profil pelajar Pancasila.

Dalam penerapan budaya positif kita harus menumbuhkan lingkungan yang positif. Memahami kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibutuhkan seorang murid pada saat mereka berperilaku tidak pantas dan tidak sesuai apa yang kita harapkan. Dengan tidak hanya melakukan hukuman yang mungkin saja memberikan efek dan dampak yang tidak baik pada perkembangan emosi peserta didik kita. Kita juga saat melakukan penerapan budaya positif perlu mengeksplorasi suatu posisi dalam penerapan disiplin, yang dinamakan ‘Manajer’ serta bagaimana seorang Manajer menjalankan pendekatan disiplin yang dinamakan Restitusi.

          Selama ini hukuman merupakan bentuk pembelajaran disiplin bagi murid bagi seorang guru, padahal hukuman menmpunyai arti berbeda. Hukuman adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku Secara umum hukuman dalam hukum adalah sanksi fisik maupun psikis untuk kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan yang berpengaruh untuk karakter peserta didik dan tidak bagus untuk psikologis anak.

          Disiplin positif bertujuan untuk bekerja sama dengan siswa dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement) untuk mempromosikan perilaku yang baik. Hal ini melibatkan memberikan siswa-siswi pedoman yang jelas untuk perilaku apa yang dapat diterima dan kemudian mendukung mereka ketika mereka belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan ini secara aktif mempromosikan partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di saat yang bersamaan juga mendorong orang dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik, untuk menjadi panutan positif bagi anak-anak muda dalam perjalanan tumbuh kembang mereka.

           Upaya untuk membangun budaya positif disekolah guru harus bekerja sama dengan kepala sekolah serta orang tua yaitu dengan sebagai guru harus memiliki peran kunci dalam pengembangan disiplin positif dengan menciptakan ruang kelas yang berpusat pada peserta didik, Melibatkan dan bekerjasama dengan orangtua dalam penerapan disiplin positif. Kepala sekolah harus memastikan para guru dan staf mendapatkan dukungan dalam menerapkan disiplin positif di sekolah serta Mendukung dan mengawasi keterlibatan orangtua dalam menerapkan disiplin positif. Dan orang tua menciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman sehingga dapat menerapkan disiplin positif yang konsisten dan berpartisipasi dalam pertemuan sekolah dan memiliki hubungan baik dengan guru untuk mendukung pendekatan disiplin positif

       Oleh karena itu guru harus sebagai manager dalam menerapkan budaya positif disekolah sehingga tercipta budaya positif yang menjadikan seluruh siswa mempunyai kebiasaan yang baik tanpa adanya tekanan dan ancaman yang diberikan, tetapi mereka menyadari akan nilai nilai positif yang diraih dengan melakukan hal hal yang baik tersebut dengan melakukan kesepakatan kelas yang telah disetujui bersama

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

2.1.A.9 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

KESIMPULAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan belajar murid dengan memperhatikan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid.

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang di dalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang disusun secara sistematis oleh guru agar mampu mengakomodir seluruh kebutuhan murid yang berada di dalam kelas maupun lingkungan sekolah

Ada 3 strategi diferensiasi, antara lain:

1. Diferensiasi konten, terkait dengan materi ajar yang disampaikan kepada murid, media konret dan abstrak, memastikan murid dapat mengakses materi sesuai gaya belajarnya.

2. Diferensiasi proses, terkait dengan pemahaman murid memaknai materi yang dipelajari, dengan cara: kegiatan berjenjang, pertanyaan pemandu atau tantangan, membuat agenda individual, memvariasikan lama waktu, mengembangkan kegiatan bervariasi, menggunakan pengelompokkan yang fleksible.

3. Diferensiasi produk, terkait dengan tagihan pembelajaran atau hasil karya pekerjaan murid, atau sesuatu yang ada wujudnya, seperti: tulisan/karangan/foto/video, dll

BAGAIMANA PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAPAT DILAKUKAN DI DALAM KELAS?

Pembelajaran berdiferensiasi dapat dilakukan dengan beberapa langkah:

  1. Pertama, tentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai seuai kaidah ABCD (audience, behavior, condition, degree)
  2. Kedua, lakukan assesmen diagnostik kepada siswa untuk dapat mengetahui kebutuhan belajar siswa dan menyusun pemetaan kebutuhan belajar siswa. Pemetaan kebutuhan belajar siswa mencakup 3 aspek yaitu kesiapan belajar (readiness), minat dan profil belajar siswa.
  3. Ketiga, setelah pemetaan dilakukan kita membuat rancangan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa. Dalam menyusun rancangan pembelajaran ini tentunya guru harus benar-benar memperhatikan tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran tersebut harus dapat terdefinisikan dengan jelas dan dapat mengakomodir kebutuhan belajar siswa. Kemudian dari tujuan pembelajaran kita merancang kegiatan pembelajaran. Di rancangan kegiatan pembelajaran ini kita harus menyusun alur strategi pembelajaran diferensiasi sebaik mungkin, sesuai dengan pemetaan yang dilakukan di awal, strategi manakah yang akan diterapkan apakah itu diferensiasi konten, diferensiasi produk, atau diferensiasi proses, atau bahkan kombinasi dari beberapa strategi tersebut. Hal lain yang tak kalah penting harus diperhatikan adalah penilaian atau asesmen yang akan diberikan, asesmen tersebut haruslah memiliki korelasi dengan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang telah ditetapkan dan dilaksanakan
  4. Setelah rancangan pembelajaran disusun, implementasikan rancangan pembelajaran diferensiasi tersebut di dalam kelas. Perhatikan setiap tahapan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, kita harus mengingat kembali filosofi pemikiran ki Hadjar Dewantara bahwa setiap individu adalah unik, mereka memiliki kebutuhan belajar yang tidak sama

BAGAIMANA PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID DAN MEMBANTU MURID MENCAPAI HASIL BELAJAR YANG OPTIMAL?

Pembelajaran diferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu murid ketika :

  1. Tujuan pembelajaran disusun dengan tepat untuk menjawab kebutuhan pembelajaran yang ingin dicapai
  2. Guru mampu secara tepat melakukan pemetaan kebutuhan murid berdasarkan 3 aspek yaitu Kesiapan Belajar Murid (readines), Minat Murid, dan Profil Belajar Murid
  3. Tugas-tugas yang diberikan pada perencanaan diferensiasi bersifat kualitatif bukan kuantitatif, artinya kita tidak memberikan tugas dalam jumlah yang berbeda ketika ada siswa yang memiliki kesiapan belajar yang berbeda-beda melainkan sifat dari tugas itu yang berbeda
  4. Penilaian tidak lagi fokus pada penilaian akhir (asesmen sumatif) tetapi mulai dari asesmen diagnostik, asesmen formatif, dan asesmen sumatif ketiganya terlaksana dengan baik, bahkan lebih baik lagi jika porsi asesmen formatif lebih besar, sebab asesmen formatif ini lebih menekankan pada proses, dan proses jauh lebih penting dibandingkan nilai akhir karena di proses itu terdapat penilaian terhadap kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa.
  5. Menerapkan strategi pembelajaran yang tepat sesuai kebutuhan murid berupa diferensiasi konten, proses, dan produk. Konten berhubungan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada murid dengan cara kita memodifikasi dan memilih cara yang tepat kepada murid berdasarkan kebutuhan belajarnya. Proses mengacu pada bagaimana murid memahami informasi atau materi yang dipelajari sesuai dengan kebutuhannya. Produk berkaitan dengan tagihan yang diharapkan dari murid.

KAITAN MATERI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI  DENGAN MODUL LAIN DI PGP

Pembelajaran berdiferensiasi dirancang dan dilaksanakan untuk mengakomodir keberagaman murid dari aspek kesiapan belajar, minat, dan profil belajar murid sehingga dapat mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, Hal itu sesuai dengan apa yang telah dipelajari di modul Filosopi Pemikirian Ki Hadjar Dewantara, bahwa setiap siswa memiliki pribadi yang berbeda dan memiliki keunikannya masing-masing, tugas guru harus dapat melihat dengan baik keberagaman kebutuhan siswa ini dan dapat mengakomodirnya dalam pembelajaran.

Untuk dapat melakukan perubahan dalam pembelajaran dibutuhkan tekad dan keinginan yang kuat, konsisten, serta kontinu dan tak lupa melibatkan kolaborasi dengan pihak lain, oleh karena itu tentu kita harus memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas dalam menjalankan nilai dan peran kita sebagai agen tranformasi pendidikan menuju pendidikan yang merdeka. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) melalui tahapan BAGJA.

Dengan pembelajaran berdiferensiasi akan membentuk budaya positif dengan posisi kontrol guru sebagai manajer, dimana guru membantu membuat siswa merasa dihargai dan memiliki keterikatan antara dirinya dengan guru dan teman di kelasnya sehingga siswa merasa dirinya bagian dari kelas

KESIMPULAN

  • Budaya positif di sekolah adalah nilai – nilai positif yang diterapkan di sekolah untuk menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri siswa yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti yang luhur sehingga terwujud profil pelajar pancasila. Mutu dari sekolah dapat dilihat dari budaya positif yang hidup dan dikembangkan warga sekolah.
  • Budaya positif yang ada di sekolah akan membantu pencapaian visi sekolah. Untuk mewujudkan visi sekolah, peran guru yang merupakan ujung tombak kualitas pendidikan di sekolah memegang peranan penting. 
  • Guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang siswa secara holistik, aktif berpusat pada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar pancasila, oleh karena itu guru penggerak merupakan ujung tombak untuk menciptakan budaya positif di sekolah dengan melakukan pembiasaan – pembiasaan yang positif, disiplin positif dengan ilmu yang didapatkan dalam pendidikan guru penggerak yaitu kebutuhan dasar dari manusia, motivasi perilaku manusia, keyakinan kelas, posisi kontrol restitusi dan tahapan pada segitiga  restitusi.
  • Pada modul 1.1 tentang konsep pemikiran Ki Hajar dewantara, modul 1.2 nilai dan peran guru penggerak, modul 1.3 visi guru penggerak sangat berkaitan dengan budaya positif. Keterkaitan Pemikiran Ki Hajar Dewantara akan diwujudkan dengan peran dan nilai guru penggerak dan guru penggerak akan menciptakan visi yang perwujudannya melalui tahapan bagja dalam pelaksanaannya harus dibarengi dengan budaya positif. 
  • Jika kita sebagai pendidik memahami dengan benar pemikiran dari Ki Hajar Dewantara maka budaya positif  di sekolah dapat tercipta dalam menuntun murid yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat jaman. Visi yang sekolah yang kita susun yang perwujudannya melalui beberapa tahapan dalam bagja dapat terwujud jika budaya positif sudah terbentuk di sekolah tersebut. 
  • Nilai dan peran guru penggerak dalam menularkan kebiasaan baik dengan guru lain dan membangun budaya positif disekolah adalah dengan membangun komunikasi yang dibarengi dengan keteladanan diri sehingga rekan guru akan mengikuti kebiasaan positif yang dilakukan oleh guru penggerak.

REFLEKSI

  • Di modul 1.4 kita belajar mengenai : 1) Pemilihan posisi kontrol yang tepat, yakni sebagai penonton dan manajer, 2) membiasakan diri menerapkan segitiga restitusi, dalam tiap penyelesaian masalah, dan 3) mengarahkan motivasi siswa dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
  • Refleksi dari modul 1.4 yaitu posisi kontrol yang tepat yaitu sebagai manajer, penggunaan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah, memotivasi siswa dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
  • Semoga kita bisa bersikap sebagai manager bagi anak-anak dan lingkungan sekolah,agar anak-anak bisa menjadi pribadi yang menyenangkan sesuai dengan kodratnya.

Rancangan Tindakan Aksi Nyata

Judul : Menerapkan Budaya Positif Melalui Keyakinan Kelas

Latar Belakang

Sekolah semestinya menciptakan iklim pendidikan yang mampu membiasakan seluruh warga sekolah untuk melakukan kebiasaan positif. Selama ini yang terjadi adalah guru sering mengalami kesulitan dalam mengontrol perilaku siswanya. Terutama sekolah yang memiliki jumlah siswa yang banyak seringkali guru mengalami kendala dalam mengontrol kedisiplinan siswanya. Yang lebih sering dilakukan oleh pihak sekolah adalah dengan menerapkan sistem reward and punishment, yaitu penghargaan untuk siswa berprestasi sedangkan untuk siswa yang melanggar diberikan hukuman.

Tujuan

  1. Membangun budaya positif di kelas selama proses pembelajaran
  2. Menanamkan Budaya Positif pada diri murid
  3. Menyepakati Kesepakatan Kelas untuk dikembangkan menjadi Budaya Positif

Tolok Ukur

Adapun yang ingin dicapai sebagai ukuran keberhasilan kegiatan ini adalah:

  1. Adanya kesepakatan kelas yang dibuat oleh guru bersama murid
  2. Dari Kesepakatan Kelas itu kemudian dibangun sebuah Keyakinan Kelas
  3. Peserta didik menerapkan budaya positif yang sudah disepakati bersama
  4. Rekan sejawat mau mengikuti langkah ini untuk ikut membangun kesepakatan dan keyakinan kelas

Linimasa Tindakan yang Akan Dilakukan

  1. Melakukan sosialisasi kepada segenap warga sekolah seperti Kepala Sekolah, rekan sejawat, dan para siswa tentang pentingnya Budaya Positif di lingkungan sekolah
  2. Guru menjelaskan kepada siswa mengenai pentingnya membuat kesepakatan kelas
  3. Dari kesepakatan kelas yang sudah ada kemudian dibangun sebuah keyakinan kelas
  4. Kesepakatan kelas dan keyakinan kelas yang sudah disepakati kemudian dipasang di dinding kelas
  5. Secara kontinyu mengingatkan para siswa dengan adanya keyakinan kelas yang sudah disepakati
  6. Mendokumentasikan setiap kegiatan yang berkaitan dengan menumbuhkan Budaya Positif ini

Dukungan yang Dibutuhkan

  1. Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab serta pengambil kebijakan
  2. Rekan sejawat dalam memberi dukungan dan motivasi
  3. Murid yang akan berperan banyak dalam penerapan budaya positif
  4. Orangtua siswa dalam memberi dorongan dan dukungan kepada putra putrinya dalam menerapkan budaya positif

Seorang guru penggerak harus memiliki nilai-nilai yang menjadi pedoman berperilaku serta mendukung calon guru penggerak dalam mewujudkan merdeka belajar. Nilai yang perlu dimiliki meliputi nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid. Guru penggerak juga diharapkan mampu melaksanakan peran guru penggerak yang merupakan pedoman bertindak yang harus dikuasai oleh calon guru penggerak, meliputi : Menjadi Pemimpin Pembelajaran, menggerakkan komunitas Praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemipinan murid.

Dalam hal ini guru penggerak juga memiliki peran penting dalam menumbuhkan kemandirian, mampu melakukan inovasi dalam pembelajaran, melakukan refleksi setelah pembelajaran dan melakukan pembelajaran yang berpusat pada anak. Guru penggerak harus mandiri dalam melaksanakan semua tugas dan bertanggung jawab terhadap tupoksi sebagai guru. Guru harus mampu melakukan kolaborasi dengan rekan-rekan guru lainnya atau teman sejawat. Guru penggerak merupakan guru-guru pilihan yang tergerak hatinya untuk ikut serta dalam memajukan pendidikan, dan kemudian mau tergerak, bergerak dan menggerakkan komunitas praktisi di lingkungan sekitarnya yang berimbas pada seluruh ekosistem satuan pendidikan.

Nilai dan Peran Guru Penggerak berkaitan erat dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara. Dalam pemikiran filosofi KHD, hal yang paling penting dalam pendidikan adalah melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada murid atau dengan kata lain guru menghamba pada murid. Makna atau arti menghamba adalah kita pendidik melaksanakan pembelajaran dan mendidik peserta didik karena merupakan panggilan jiwa. Sebagai pendidik harus mampu memahami kebutuhan anak, kemauan anak, bakat dan minat anak. Kita sebagai pendidik jangan sampai bersikap egois dan memaksakan kehendak pada anak apalagi sampai melakukan kekerasan baik fisik maupun psikis yang berakibat anak menjadi takut, dan kurang percaya diri. Ki Hajar Dewantara mengibaratkan pendidik sebagai petani yang bertugas untuk merawat tanaman, sebagai petani tentu tidak lupa memupuk agar tanaman tumbuh subur. Kita sebagai pendidik juga harus ikut serta menggali dan menumbuh kembangkan kompetensi peserta didik. Guru Penggerak sebagai agen perubahan ekosistem pendidikan yang berpijak pada pemikiran Ki Hajar Dewantara yang memiliki tiga kata kunci yaitu sebagai penuntun, teladan dan merdeka belajar. Menurut Ki Hajar Dewantara bahwa guru diharapkan memiliki ketrampilan mengajar, memiliki keunggulan dalam kolaborasi baik dengan peserta didik, teman sejawat, orang tua siswa serta mampu bersikap profesional dalam menjalankan tugas. Hal ini tercermin dari nilai-nilai guru penggerak

Strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai nilai guru penggerak adalah:

1. Berbekal nilai mandiri dan semangat dalam mempelajari hal-hal baru calon guru penggerak harus mampu meningkatkan keterampilan dan kompetensi diri dengan cara menggali ilmu pengetahuan baik mengikuti pendidikan dan latihan, sumber buku maupun internet.

2. Selalu merefleksikan dan mengevaluasi setiap kegiatan pembelajaran baik yang sudah dilakukan maupun yang akan dilakukan

3. Melakukan kolaborasi dengan pimpinan sekolah dan rekan guru di setiap kegiatan pembelajaran yang berpihak pada murid

4. Berupaya untuk selalu berinovasi dalam memunculkan ide-ide kreatif di setiap pemecahan masalah 5. Selalu mengutamakan kepentingan perkembangan murid sebagai acuan utama.

Pihak yang dapat membantu dalam mencapai nilai dan peran guru penggerak adalah:

1. Peran keluarga yaitu selalu memberikan dukungan di dalam menjalankan program calon guru penggerak.

2. Peran Fasilitator dan Pendamping praktik yaitu selalu memberikan bimbingan, arahan dan motivasi di dalam meningkatkan keterampilan dan kompetensi diri.

3. Peran Kepala sekolah yaitu selalu memberikan motivasi dan dorongan untuk selalu melakukan perubahan-perubahan pembelajaran yang berpihak pada murid dan profil pelajar pancasila

4. Peran Rekan sejawat yaitu siap berkolaborasi untuk bergerak bersama di dalam mewujudkan merdeka belajar yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid dan profil pelajar pancasila.

5. Peran Siswa yaitu selalu mendukung dan menjadi acuan utama didalam menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid.

KODRAT

Pemikiran besar yang dilahirkan dari buah karya Ki Hajar Dewantara sangat melegenda di benak masyarakat Indonesia. Beliau mencetuskan semboyan Ing ngarso sung tulodho (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di tengah membangun semangat, kemauan), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan) yang kini menjadi insiprasi besar bagi kalangan guru dalam dunia pendidikan.

Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut KHD, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu  hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.

Peran Pendidik diibaratkan seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman-tanamannya itu agar tumbuh dan berbuah dengan baik, tentu saja beda jenis tanaman beda perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk  kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu  tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.

KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan zaman yang ada namun tidak semua yang baru itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu. Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. KHD menjelaskan bahwa dasar pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah membawa sifat atau karakternya masing-masing, jadi sebagai guru kita tidak bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.

Kodrat zaman bisa diartikan bahwa kita sebagai guru harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa hidup, berkarya dan menyesuaikan diri. Dalam konteks pembelajaran sekarang, ya kita harus bekali siswa dengan kecakapan Abad 21

Dalam pembelajaran di kelas hendaknya kita juga harus memperhatikan kodrati anak yang masih suka bermain. Lihatlah ketika anak-anak sedang bermain pasti yang mereka rasakan adalah ‘kegembiraan’ dan itu membuat suatu kesan yang membekas di hati dan pikirannya.

Sebelum mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya percaya bahwa dengan tindakan-tindakan tegas dan menghukum  siswa bisa merubah perilakunya. Tapi perubahan yang terjadi cuma didasari oleh rasa takut dan bersifat sementara, bukan atas kesadaran pribadinya. Saya belum sepenuhnya menyadari akan keberadaan kodrat alam sang anak, sehingga sering marah-marah ketika ada anak yang lamban dalam satu pelajaran. Belum banyak memberikan model-model pembelajaran yang  menyenangkan bagi anak.

Setelah mempelajari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara, pemikiran yang berubah dari saya adalah bahwa saya harus memberikan tuntunan kepada anak didik dengan lebih sabar dan ikhlas, karena mereka masing-masing unik dan berbeda. Tidak perlu memberikan hukuman yang sifatnya tidak mendidik, memberikan teladan agar mereka bisa melihat dan menirunya. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka dengan mencoba berbagai macam model pembelajaran.

Yang segera bisa saya terapkan dari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah tidak memberikan hukuman-hukuman kepada siswa, lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan latar belakang siswa (keluarga/lingkungan) dengan menjalin komunikasi dengan orang tuanya, hal ini bisa dilakukan dengan kunjungan rumah atau home visit. Memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa melalui pemilihan media pembelajaran yang bervariasi baik berupa gambar, video maupun audio, atau pembelajaran yang berbasis permainan.

BARISAN ARITMATIKA

Hallo adik-adik kelas 8 yang cerdas-cerdas

Sekarang kalian sudah berada di Kelas 8, namun karena masih dalam suasana Covid-19 kita belum bisa bertatap muka, nah melalui pembelajaran dari rumah ini saya harap kalian semua tetap semangat mengikuti pembelajaran.

Pada pertemuan sebelumnya kita sudah membahas tentang pola bilangan, nah…Untuk materi kali ini pada pertemuan kedua kita yang akan kita pelajari adalah mengenai Barisan dan Deret Aritmatika..

Untuk lebih jelasnya silahkan kalian tonton Video materi berikut ini! dan setelah kalian tonton videonya pada bagian akhir ada beberapa soal latihan untuk kalian coba untuk mengukur sejauh mana pemahaman kalian tentang materinya.

VIDEO MATERI BARISAN ARITMATIKA

Hallo adik-adik kelas 9 yang cerdas-cerdas

Sekarang kalian sudah berada di Kelas 9, namun karena masih dalam suasana Covid-19 kita belum bisa bertatap muka, nah melalui pembelajaran dari rumah ini saya harap kalian semua tetap semangat mengikuti pembelajaran.

Pada pertemuan sebelumnya kita sudah belajar Bilangan berpangkat, nah Untuk materi kali ini pada pertemuan kedua yang akan kita pelajari adalah mengenai Bentuk Akar. Sebenarnya bentuk akar ini masih terkait dengan materi bilangan berpangkat karena sebenarnya bentuk pangkat adalah kebalikan dari bentuk akar.

Untuk lebih jelasnya silahkan kalian tonton Video materi berikut ini! dan setelah kalian tonton videonya pada bagian akhir ada beberapa soal latihan untuk kalian coba untuk mengukur sejauh mana pemahaman kalian tentang materinya.

VIDEO MATERI BENTUK AKAR

Hallo adik-adik kelas 7 yang cerdas-cerdas

Sekarang kalian sudah berada di Kelas 7, namun karena masih dalam suasana Covid-19 kita belum bisa bertatap muka, nah melalui pembelajaran dari rumah ini saya harap kalian semua tetap semangat mengikuti pembelajaran.

Untuk materi kali ini pada pertemuan kedua kita yang akan kita pelajari adalah mengenai KPK dan FPB. Waktu masih di SD dulu saya yakin kalian juga sudah pernah diajarkan materi KPK dan FPB, di sini kita akan lebih mendalami lagi materinya.

Untuk lebih jelasnya silahkan kalian tonton Video materi berikut ini! dan setelah kalian tonton videonya pada bagian akhir ada beberapa soal latihan untuk kalian coba untuk mengukur sejauh mana pemahaman kalian tentang materinya..

VIDEO MATERI KPK dan FPB

BILANGAN BERPANGKAT

Hallo anak-anak bagaimana kabar kalian

Sekarang kalian sudah berada di Kelas 9, namun karena masih dalam suasana Covid-19 kita belum bisa bertatap muka, nah melalui pembelajaran dari rumah ini saya harap kalian semua tetap semangat mengikuti pembelajaran.

Untuk materi pertama yang akan kita pelajari adalah mengenai Bilangan Berpangkat.

Untuk lebih jelasnya silahkan kalian tonton Video materi berikut ini!

VIDEO MATERI BILANGAN BERPANGKAT